Iran Bangkit Usai Diserang, Sistem Pertahanan Baru Sudah Siap

oleh -
oleh
Ilustrasi bendera Iran/ist

PUBLIKKALTIM.COM – Pemerintah Iran mengumumkan telah mengganti sistem pertahanan udara yang rusak selama perang 12 hari dengan Israel bulan lalu.

Pernyataan ini disampaikan setelah serangan udara besar-besaran Israel menghantam sejumlah fasilitas strategis di wilayah Iran.

“Musuh Zionis berusaha menghancurkan kemampuan pertahanan Iran, dan beberapa sistem pertahanan kita rusak dalam perang itu. Sistem pertahanan yang rusak kini telah diganti,”” ujar Kepala Operasi Angkatan Darat Iran, Jenderal Mahmoud Mousavi, seperti dikutip kantor berita resmi IRNA.

Iran mengandalkan sistem pertahanan buatan dalam negeri seperti Bavar-373 dan Khordad-15, yang dirancang untuk mendeteksi dan menembak jatuh rudal serta pesawat musuh.

Selain itu, Iran juga mengoperasikan sistem S-300 buatan Rusia yang mulai dipasang pada tahun 2016.

Diketahui, konflik yang berlangsung pada pertengahan Juni 2025 itu dipicu oleh serangan mendadak Israel terhadap beberapa fasilitas militer Iran.

Iran kemudian membalas dengan meluncurkan gelombang serangan drone dan rudal ke sejumlah kota di Israel.

Menurut otoritas di kedua negara, lebih dari 1.000 orang tewas di Iran, sementara serangan Iran menewaskan sedikitnya 28 orang di Israel.

BERITA LAINNYA :  Hari Ini Kasus Covid-19 di Kaltim Bertambah 756 Kasus Baru, Dinkes Ajak Seluruh Warga Perketat Protokol Kesehatan

Situasi semakin memanas ketika Amerika Serikat, sekutu utama Israel, meluncurkan serangan udara terhadap tiga situs nuklir Iran: Fordo, Isfahan, dan Natanz pada 22 Juni.

Presiden AS Donald Trump menyatakan ketiga situs tersebut “hancur total”.

Namun, laporan investigatif media AS meragukan klaim itu.

Menurut NBC News, hanya satu dari tiga situs nuklir yang mengalami kerusakan signifikan, sementara dua lainnya masih sebagian besar utuh.

Meski pertempuran langsung telah mereda, situasi di kawasan tetap tegang.

Pengamat menilai, pernyataan terbaru Iran soal penggantian sistem pertahanan menunjukkan bahwa Teheran belum berniat mundur dari konflik dan terus memperkuat postur militernya. (*)